Hari itu adalah hari yang sangat sibuk. Mary, wanita muda yang bekerja di bagian call center, kerepotan menerima panggilan telepon yang tiada hentinya.
Sejenak setelah istirahat makan siang, Mary kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia menerima panggilan dari seorang pria yang mengamuk karena telah menunggu begitu lama. Pria itu sungguh berang dan tak peduli walau Mary telah meminta maaf.
Si pria menjadi semakin berang tatkala Mary tak mampu membantu menyelesaikan masalahnya. Mary lantas memasukkan si pria kedalam daftar tunggu karena banyaknya pelanggan yang mengantri, dan saat ia kembali, si pria berlaku semakin kasar. Mary berjanji untuk membantunya dan menghimbau pada si pria untuk tetap tenang.
Namun setiap hal yang dikatakan wanita itu nampaknya hanya semakin membuat si pria marah, ia mulai berteriak-teriak dan membentak Mary tentang banyaknya waktu yang terbuang dan mahalnya biaya telepon yang ia keluarkan.
Kemudian, tanpa di sangka, pelanggan temperamen itu menyumpah serapah dan membuat Mary terpaksa mengakhiri panggilan. Sejam kemudian, ia menelpon kembali. Kali ini dengan kata-kata yang semakin kasar, si pria mengutuk Mary karena telah menutup teleponnya. Si wanita yang tak tahan dengan bahasa pelanggannya itu lantas kembali mengakhiri panggilan.
Hari beranjak petang, si pria menelpon lagi. Namun kali ini suaranya terdengar lebih ramah dan halus. Ia meminta maaf atas perilaku buruknya dan berniat mengirimkan sang operator hadiah kecil sebagai permintaan maaf.
"Ah, kau tak perlu repot-repot," Mary bilang.
"Tidak, aku harus melakukannya" jawab si pria. "Sebagai tanda betapa menyesalnya diriku."
"Kebijakan perusahaan melarang kami memberikan nama," kata Mary berhati-hati.
"Nama depanmu saja," ujar si pria.
"Well ... baiklah. Namaku Mary." jawab Mary setelah menimbang-nimbang.
Esok harinya, ketika Mary datang ke tempat kerja. Seikat mawar tergeletak di meja besar ruangan operator, dengan kartu bertuliskan namanya. Tentu Mary gembira, belum pernah ada orang yang mengiriminya bunga.
Setelah jam kerja berakhir, Mary segera berpamitan pada rekan-rekannya. Ia berjalan menuju parkiran menenteng bunga pemberian si pelanggan. Tak sabar ingin meletakkannya dalam vas di rumahnya.
Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, seorang pria botak paruh baya datang menghampirinya dengan menodongkan pistol.
"Tak ada yang berani menutup teleponku!" si pria berteriak.
Mary ditembak secara membabi-buta dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Polisi berhasil meringkus pelaku penembakan dan diketahui bahwa ialah pelanggan yang sebelumnya marah-marah di telepon.
Ia memberikan seikat bunga untuk mengidentifikasi korban.
Jangan Lupa Follow @HeKristiawan
@Heartbdg
Cerita horror lainnya : Heart Horror
http://heartutor.blogspot.com/
http://heartproduction.blogspot.com/
http://bandung-metalcrew.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment